Kamis, 04 November 2010

Penggalan kisah di Gunung Merapi

MERAPI MELETUS LAGI JAM 00.49 WIB.

Terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) dan di kelilingi oleh 4 (empat) kabupaten yaitu kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali. Sehingga G. Merapi memiliki letak yang sangat strategis dapat di jangkau dari berbagai lokasi. Bagi pendaki gunung atau kumpulan pecinta alam Gunung ini merupakan tujuan pendakian yang sangat menarik. Keunikan dari G. Merapi adalah memiliki kawah yang selalu aktif dan panorama puncak yang eksotis.
Salah satu desa terakhir yang sering disinggahi pendaki sebelum melakukan pedakian adalah desa Kinah Rejo. Di desa ini pendaki mencatatkan identitas diri pada sebuah buku di rumah Juru Kunci. Dalam buku agenda tersebut memuat nama pendaki, tanggal berangkat-pulang, nama tim atau jumlahnya. Dengan demikian apabila terjadi sesuatu pada pendaki di atas gunung , tim SAR dapat segera bertindak dan memberikan bantuan bagi pendaki.
Untuk yang kesekian kalinya Gunung Merapi menunjukkan eksistensinya sebagai sebuah Gunung berapi yang aktif. Pada tanggal 26 Oktober 2010 tejadi letusan awal dari beberapa letusan berikutnya,. Hal ini membuat masyarakat yang tinggal di sekitar puncak merapi pada mengungsi menuju barak-barak pengungsian yang telah dipersiapkan Pemerintah Daerah masing-masing.
Salah satu korban yang meninggal di dalam rumah adalah Juru Kunci Gunung Merapi bernama Mbah Marijan. Kematian beliau adalah bukti kesetiaan pada profesi yang di embannya dari ngarso dalem Sri Sultan hamengku Buwono IX. Almarhumah meninggal dengan posisi sujud di ruang tengah rumahnya di desa Kinah Rejo kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman.
Pada hari Jum’at, tanggal 05 November 2010 jam 00.49 di tengah malam yang dingin, terjadi lagi letusan dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya. Hal ini membuat panik para pengungsi sedang terlelap di tidur di barak pengungsian dan masyarakat di sekitarnya. Kepanikan dan kebingungan akibat suara keras yang keluar dari kawah G. Merapi membangunkan dari tidur malam. Akibat dari letusan malam itu, pihak pemerintah mengeluarkan peringatan untuk mengungsi dengan jarak radius 20 kilometer dari puncak G. Merapi. Sehingga barak pengungsian yang ada sebelumnya di pindahkan ke lokasi yang aman, salah satunya adalah di Stadion Maguwoharjo untuk pengungsi dari daerah Pakem, Cangkringan, Kaliurang, Bebeng dan daerah sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar