Minggu, 25 Agustus 2013
PERANG ANTARA PATI DENGAN MATARAM TAHUN 1627 M
PERANG ANTARA PATI DENGAN MATARAM tahun 1627 M
Penguasa Mataram setelah Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 M, di ganti oleh putranya Mas Jolang atau Sultan Anyakrawati kelak terkenal sebutan Sultan Seda Krapyak. Kemudian setelah Sultan Anyakrawati meninggal di ganti oleh putranya yaitu Raden Mas Anyokrokusuma. Cucu Panembahan Senopati ini menjadi Raja Mataram sangat terkenal tahun 1613 – 1645 M.
Penguasa di Kadipaten pati jiga mengalami perubahan. Setelah Adipati Pragola I wafat karena usia tua, kekuasaan diserahkan putranya yaitu Adipati Pragola II. Cucu Ki Ageng Penjawi ini memerintah Kadipaten Pati dengan arif bijaksana sehingga rakyatnya merasa aman sejahtera.
Adipati Pragola II mempunyai istri bernama Raden Ajeng Tulak atau Ratu Mas Sekar yg merupakan Adik Sultan Agung.
Adipati Pragola II adalah adik ipar Sultan Agung Anyokrokusuma yang sama-sama merupakan keturunan Prabu Brawijaya Raja Majapahit.
Adipati Pragola II dalam nenjalankan roda pemerintahan di Kadipaten Pati mendapat dukungan penuh dari enam tumenggung. Ke enam tumenggung tersebut yaitu, Tumenggung Mangunjaya, Ki Kenduruan, Ramananggala, Tohpati, Sawunggaling, dan Sindurejo. Mereka telah bersumpah setia untuk membela buni Pati hingga titik darah penghabisan.
Ketika Mataram sedang memusatkan perhatian menyusun kekuatan untuk menggempur daerah Surabaya, Adipati Pragola II berselisih dengan pembesar di Jepara. Perselisihan tersebut hingga memuncak dan sang Adipati Pragola mengirim ke enam Tumenggung ke Jepara untuk menyelesaikannya. Keesokan harinya dengan seribu prajurit tempat kediaman penguasa Jepara di porakporandakan hingga rata dengan tanah.
Patih Jepara Ki Laksana marah atas peristiwa tersebut dan pergi melapor ke penguasa Mataram. Ki Laksana sampai di Mataram di terima oleh Tumenggung Endranata. Patih Ki Laksana melapor bahwa Adipati Pragola Pati akan memberontak Mataram.
Pada pisowahan agung di kerajaan Mataram, yg bersamaan dengan hari raya, dihadiri oleh para punggawa kerajaan dan para pimpinan antara lain dari Bagelan, Grobogan, Kudus, Kalinyamat, Demak, dan Lasem.
Satu-satunya yg tidak hadir adalah Adipati Pragola II dari Kadipaten Pati. Ketidak hadiran Adipati Pragola II dalam pisowahan karena alasan yg sama seperti Adipati Pragola I ayahnya,yang beranggapan bahwa Pati dan Mataram itu sedrajat.
Mengetahui adik iparnya tidak hadir Sultan Agung marah besar dan menanyakan pada raden Purbaya,belum sempat menjawab sudah di dahului oleh Tumenggung Endranata, bahwa Adipati Pragola II akan memberontak Mataram, bahkan Adipati Pragola II sudah menginventasisasi berbagai senjata untuk menggulingkan Raja Mataram. Mendengar itu Sultan Agung murka dan beberapa hari kemudian memerintahkan untuk menggempur Pati.
Persiapan dilakukan molai dari penunjukan para pimpinan, persenjataan, dan perbekalan selama perang. Sebagai Senapati Mataram untuk menyerang Pati ditunjuk Tumenggung Alap-alap.
Akhirnya Sultan Agung memutuskan Pati di serbu. Pati diserbu dari tiga penjuru, yaitu arah timur, selatan dan barat. Ratusan ribu prajurit Mataram dikerahkan untuk menghancurkan Pati. Kadipaten Pati memang dianggap oleh Sultan Agung yg paling kuat karena satu-satunya wilayah yg belum terkalahkan.
Pasukan dari arah timur dipimpin Adipati Martalaya yg membawahi kumpulan prajurit gabungan wilayah mancanegara. Kekuatan pasukan dari arah timur kurang lebih seratus ribu prajurit, pasukan ini mendirikan barak di sekitar Pakuwon Juana.
Pasukan Mataram dari arah selatan dipimpin oleh Pangeran Madura yg membawahi ptajurit Kedu, Begalan dan Pamijen, pasukan ini mendirikan tenda-tenda perkemahan di kaki Gunung Kendeng sekitar daerah Cengkalsewu sebelah selatan Pati.
Pasukan dari arah barat dipimpin oleh Pangeran Sumedang yg membawahi pasikan khusus berkuda,pasukan ini mendirikan barak di sekitar wilayah Matraman Margorejo sebelah barat Pati.
Adipati Pragola II mengetagui wilayah Pati sudah di kepung rapat oleh pasukan musuh.,ia tetap tegar dan tidak akan mundur selangkah pun. Apalagi seluruh rakyat Pati mendukung untuk mempertahankan kedaulatan rakyat Pati hingga titik darah penghabisan. Semua prajurit Kadipaten Pati sudah siap siaga menempati pos-pos pertahanan yg sudah ditentukan. Para punggawa Kadipaten Pati juga tidak tinggal diam, mereka memimpin laskar andalan yg terdiri dari prajurit-prajurit terlatih.
Ketika Bende Kyai Becak berbunyi memberi tenggara maju pasukan Mataram dari berbagai penjuru molai serentak menyerbu Pati. Saat itu juga prajurit Pati menghadang dengan beraninya sehingga terjadi peperangan yg seru.
Prajurit Pati yg dipimpin oleh Tumenggung Kenduran menghadang musuh dari arah selatan, korban dari kedua belah pihak saling berjatuhan, prajurit yg dipimpin Tumenggung Mangunjaya dan Tumenggung Tohpati menghadang musuh dari arah timur.
Adipati Pragola II memimpin langsung prajurit menghadang musuh yg masuk dari arah barat. Tumenggung Sindurejo dan Tumenggung Sawunggaling ikut berperang di sisi sebelah barat.
Dalam pertarungan Adipati Pragola II terluka namun ia tetap melanjutkan pertempuran,lawan yg menghadang diterjang,yg lari diburu, dalam pengejaran musuh di sekitar sumber mata air sani, tiba-tiba kuda sang Adipati mendadak berhenti tidak mau berlari. Adipati Pragola II luka parah dan akhirnya wafat pada hari Jum’at Wage tanggal 4 Oktober 1627 M.
Adipati Pragola II rela berkorban hingga titik darah penghabisan, Adipati gugur di medan perang untuk mempertahankan wilayah dan kedaulatan negeri Pati. Namanya harun dikenang dan diagungkan oleh masyarakat Pati.
Adipati Pragola II dimakamkan di Dukuh Sani Desa Tamansari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati.
Sumber: babat kutho Pati,critane simbah,buyut,canggah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar